Selasa, 26 Juli 2011

Islam kok PACARAN?

Oleh *Sebutir Mutiara,Seindah Wanita Sholehah*


بِسْــــــ...ــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــم

Gimana sich sebenernya pacaran itu, enak ngga' ya? Bahaya ngga' ya ? Apa bener pacaran itu harus kita lakukan kalo mo nyari pasangan hidup kita ? Apa memang bener ada pacaran yang Islami itu, dan bagaimana kita menyikapi hal itu?

Memiliki rasa cinta adalah fitrah

Ketika hati udah terkena panah asmara, terjangkit virus cinta, akibatnya...... dahsyat man...... yang diinget cuma si dia, pengen selalu berdua, akan makan inget si dia, waktu tidur mimpi si dia. Bahkan orang yang lagi fall in love itu rela ngorbanin apa aja demi cinta, rela ngelakuin apa aja demi cinta, semua dilakukan agar si dia tambah cinta. Sampe' akhirnya....... pacaran yuk. Cinta pun tambah terpupuk, hati penuh dengan bunga. Yang gawat lagi, karena pengen bukti'in cinta, bisa buat perut buncit (hamil). Karena cinta diputusin bisa minum baygon. Karena cinta ditolak .... dukun pun ikut bertindak.


Sebenarnya manusia secara fitrah diberi potensi kehidupan yang sama, dimana potensi itu yang kemudian selalu mendorong manusia melakukan kegiatan dan menuntut pemuasan. Potensi ini sendiri bisa kita kenal dalam dua bentuk. Pertama, yang menuntut adanya pemenuhan yang sifatnya pasti, kalo ngga' terpenuhi manusia bakalan binasa. Inilah yang disebut kebutuhan jasmani (haajatul 'udwiyah), seperti kebutuhan makan, minum, tidur, bernafas, buang hajat de el el. Kedua, yang menuntut adanya pemenuhan aja, tapi kalo' kagak terpenuhi manusia ngga' bakalan mati, cuman bakal gelisah (ngga' tenang) sampe' terpenuhinya tuntutan tersebut, yang disebut naluri atau keinginan (gharizah). Kemudian naluri ini di bagi menjadi 3 macam yang penting yaitu :
Gharizatul baqa' (naluri untuk mempertahankan diri) misalnya rasa takut, cinta harta, cinta pada kedudukan, pengen diakui, de el el.
Gharizatut tadayyun (naluri untuk mensucikan sesuatu/ naluri beragama) yaitu kecenderungan manusia untuk melakukan penyembahan/ beragama kepada sesuatu yang layak untuk disembah.
Gharizatun nau' (naluri untuk mengembangkan dan melestarikan jenisnya) manivestasinya bisa berupa rasa sayang kita kepada ibu, temen, sodara, kebutuhan untuk disayangi dan menyayangi kepada lawan jenis.


Pacaran dalam perspektif islam


In fact, pacaran merupakan wadah antara dua insan yang kasmaran, dimana sering cubit-cubitan, pandang-pandangan, pegang-pegangan, raba-rabaan sampai pergaulan ilegal (seks). Islam sudah jelas menyatakan: "Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk." (Q. S. Al Isra' : 32)


Seringkali sewaktu lagi pacaran banyak aktivitas laen yang hukumnya wajib maupun sunnah jadi terlupakan. Sampe-sampe sewaktu sholat sempat teringat si do'i. Pokoknya aktivitas pacaran itu dekat banget dengan zina. So....kesimpulannya PACARAN ITU HARAM HUKUMNYA, and kagak ada legitimasi Islam buatnya, adapun beribu atau berjuta alasan tetep aja pacaran itu haram.


Adapun resep nabi yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas'ud: "Wahai generasi muda, barang siapa di antara kalian telah mampu seta berkeinginan menikah. Karena sesungguhnya pernikahan itu dapat menundukkan pandangan mata dan memelihara kemaluan. Dan barang siapa diantara kalian belum mampu, maka hendaklah berpuasa, karena puasa itu dapat menjadi penghalang untuk melawan gejolak nafsu."(HR. Bukhari, Muslim, Ibnu Majjah, dan Tirmidzi).


Jangan suka mojok atau berduaan ditempat yang sepi, karena yang ketiga adalah syaiton. Seperti sabda nabi: "Janganlah seorang laki-laki dan wanita berkhalwat (berduaan di tempat sepi), sebab syaiton menemaninya, janganlah salah seorang dari kalian berkhalwat dengan wanita, kecuali disertai dengan mahramnya." (HR. Imam Bukhari Muslim).


Dan untuk para muslimah jangan lupa untuk menutup aurotnya agar tidak merangsang para lelaki. Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya." (Q. S. An Nuur : 31).


Yang perlu di ingat bahwa jodoh merupakan QADLA' (ketentuan) Allah, dimana manusia ngga' punya andil nentuin sama sekali, manusia cuman dapat berusaha mencari jodoh yang baik menurut Islam. Tercantum dalam Al Qur'an: "Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga)."
Wallahu A'lam bish-Showab

Kamis, 17 September 2009

Di Balik Isu Terorisme: Islam Dijadikan Sasaran

Umat Islam sudah sebulan lebih disuguhi pemberitaan seputar terorisme. Sebagian merasa jenuh. Sebagian lagi memandang media sudah kelewat batas dalam penyajian berita. Aparat juga cenderung membabi-buta dalam menyasar obyek-obyek yang diduga terkait dengan terorisme ini, misalnya melakukan pengawasan terhadap agenda-agenda dakwah, bahkan menyisir ke sejumlah pesantren yang dianggap potensial melahirkan pikiran-pikiran radikal.

Efek Media dan Tindakan Aparat

Perlu disadari, media punya kemampuan melakukan penyesatan opini, termasuk dalam isu terorisme. Celakanya, dalam isu terorisme ini, media cenderung terus-menerus mengaitkannya Islam dan kaum Muslim. Hal ini ditambah dengan tindakan aparat di lapangan yang cenderung berlebihan dalam menyikapi isu terorisme. Semua ini pada akhirnya melahirkan efek-efek negatif dalam kehidupan masyarakat, khususnya kaum Muslim.

Pertama: melahirkan sikap saling curiga di tengah-tengah umat, bahkan bisa memunculkan sikap saling memfitnah. Sikap ini jelas-jelas sangat tidak terpuji dan diharamkan oleh Islam. Kedua, melahirkan tindakan melawan hukum (main hakim sendiri) terhadap pihak lain hanya karena curiga atau rasa khawatir yang berlebihan. Ketiga, melahirkan rasa takut di kalangan umat Islam terhadap agamanya sendiri.

Cap “radikal”, “fundamentalis”, “ekstremis” dll seolah menjadi virus yang mematikan dan harus dihindari oleh kaum Muslim. Akibatnya, sadar atau tidak, kepribadian umat bergeser menjadi kepribadian yang tidak lagi berpegang teguh pada Islam, karena khawatir mendapatkan label-label negatif tersebut. Dalam jangka panjang, kepribadian umat yang cenderung tidak mau terlalu terikat dengan Islam ini akan melahirkan potret umat Islam yang suram karena makin jauh dari Islam.

Politik “Belah Bambu”

Di balik isu terorisme yang cenderung terus-menerus dimunculkan sebetulnya ada propaganda untuk menguatkan satu arus pemikiran dan sikap tertentu, yakni yang selama ini diklaim oleh sejumlah kalangan sebagai “Islam moderat”, seraya terus-menerus mengucilkan kelompok-kelompok lain yang dituduh “Islam radikal”.

Padahal semua istilah tersebut tidak dikenal dalam Islam. Baik istilah “Islam moderat” atau “Islam radikal” hanyalah ciptaan Barat penjajah demi kepentingan mereka: memecah-belah kaum Muslim. “Islam moderat” tidak lain adalah Islam yang bisa menerima semua unsur peradaban Barat seperti demokrasi, HAM, pluralisme, kebebasan, sekularisme dll. “Islam moderat” inilah yang dikehendaki Barat. Sebaliknya, Islam yang anti peradaban Barat akan langsung mereka cap sebagai “Islam radikal”.

Tidak aneh jika Barat, juga menuduh kelompok-kelompok yang memperjuangkan Islam kâffah melalui penerapan syariah Islam secara total melalui institusi Khilafah sebagai kelompok “Islam radikal”. Inilah yang terbaca dari ungkapan sejumlah pejabat/mantan pejabat di negara-negara Barat sendiri, seperti pernah diucapkan mantan Menhan AS Donald Rumsfeld (Washingtonpost.com, 5/2/2005).

Lebih dari sekadar “strategi lunak” dengan menggunakan pelabelan seperti di atas, “strategi kasar” juga dimainkan, misalnya dalam bentuk teror dan intimidasi terhadap para pengemban dakwah Islam, juga pengawasan terhadap pesantren.

Lebih jauh, langkah-langkah lain juga mungkin dilakukan, misalnya memberangus media yang menyuarakan Islam dengan lantang. Dalam hal ini, kita bisa belajar dari konspirasi untuk membungkam situs ar-rahmah.com. Lebih dari itu, mencuatnya kasus “Bom Marriott II juga kemudian dijadikan alasan untuk bersikap represif atas nama UU Keamanan Negara, UU Anti Terorisme, dll.

Isu Terorisme: Skenario Global AS

Sejak Peledakan Gedung WTC 11 September 2001, AS telah memanfaatkan isu terorisme sebagai bagian dari skenario globalnya untuk melemahkan Islam dan kaum Muslim. Untuk itu, para peneliti kemudian menganjurkan beberapa pilihan langkah bagi AS, antara lain:

  1. Mempromosikan jaringan ”Islam moderat” untuk melawan gagasan-gagasan radikal. Menurut mereka, terwujudnya suatu jaringan Muslim moderat internasional sangatlah penting untuk menyebarkan gagasan-gagasan moderat ke seluruh Dunia Islam dan untuk memberikan perlindungan terhadap kelompok-kelompok moderat. Jika perlu, AS membantu kaum moderat yang kekurangan sumberdaya dalam menciptakan jaringan seperti itu.
  2. Merusak jaringan “Islam radikal”. AS perlu memahami karakteristik jaringan “Islam radikal” dan komunitas-komunitas pendukungnya; bagaimana mereka berkomunikasi dan merekrut anggota serta apa saja kelemahan yang mereka miliki. Strategi “belah bambu” akan dapat menyasar celah-celah ini, dengan memecah-belah kelompok-kelompok radikal dan membantu Muslim moderat untuk memegang kendali.
  3. Membantu reformasi pesantren dan masjid. Satu perkara yang urgen bagi AS dan komunitas internasional ialah mendukung usaha-usaha reformasi yang dapat memastikan bahwa pesantren-pesantren hanya memberikan pendidikan yang modern dan luas serta keterampilan yang sesuai dengan tuntutan pasar. Di sisi lain, meski pihak luar mungkin merasa enggan untuk terlibat dalam urusan-urusan agama, banyak cara yang dapat dilakukan untuk mendukung usaha pemerintah dan organisasi-organisasi Muslim moderat guna memastikan bahwa masjid-masjid tidak lagi berfungsi sebagai basis ideologi Islam radikal.
  4. Menyeimbangkan perang melawan terorisme dengan kebutuhan untuk mempromosikan stabilitas di negara-negara Muslim moderat. AS sebaiknya memastikan bahwa langkah-langkah yang ditempuhnya tidak dimanfaatkan kaum radikal, yang menggambarkan langkah-langkah AS itu sebagai perang melawan Islam. AS harus menunjukkan bahwa langkah-langkahnya itu tidak dimaksudkan untuk memperkuat rezim otoriter atau opresif, tetapi untuk mempromosikan perubahan yang demokratis.
  5. Berupaya melibatkan umat Islam dalam proses politik. Meski selalu ada potensi bahaya dari partai Islam terhadap kebebasan yang demokratis, jika kelak berkuasa, pelibatan partai-partai tersebut dalam institusi-institusi demokrasi secara terbuka dalam jangka panjang akan mendorong lahirnya sikap moderat.

Perang Melawan Islam

Meski sepertinya isu terorisme dimanfaatkan oleh AS untuk menguatkan “Islam moderat”, umat Islam harus memahami, bahwa target akhir “perang melawan terorisme” adalah perang melawan Islam itu sendiri. Pasalnya, terorisme yang dimaksudkan oleh Amerika tidak lain adalah Islam—baik “moderat” atau “radikal”—dan tidak ada pengertian lain. Noam Chomsky menyebut permainan stigma Barat ini sebagai “newspeak” untuk membatasi pandangan dan realita sehingga ketika kata-kata teroris, fundamentalis, ekstremis, dan kelompok radikal diucapkan maka konotasinya tidak jauh dari negeri-negeri Islam.

Lebih dari itu, dalam Dokumen RAND Corporation 2006 bertajuk, “Building Moderate Muslim Networks” disebutkan bahwa kemenangan AS yang tertinggi hanya bisa dicapai ketika ideologi Islam terus dicitraburukkan di mata mayoritas penduduk di tempat tinggal mereka dan di hadapan kelompok yang diam-diam menjadi pendukungnya. Karena itulah, di antara cara Barat penjajah mencitraburukkan ideologi Islam adalah dengan menyebutnya sebagai “ideologi para ekstremis”, sebagaimana pernah diungkapkan mantan Presiden AS George W Bush; bahkan sebagai “ideologi setan”, sebagaimana pernah dinyatakan oleh mantan PM Inggris Tony Blair.

Dalam pidatonya pada Konferensi Kebijakan Nasional Partai Buruh Inggris (2005), Blair menjelaskan ciri ideologi setan, yaitu: (1) Menolak legitimasi Israel; (2) Memiliki pemikiran bahwa syariah adalah dasar hukum Islam; (3) Kaum Muslim harus menjadi satu kesatuan dalam naungan Khalifah; (4) Tidak mengadopsi nilai-nilai liberal dari Barat.

Walhasil, mereka yang selama ini diposisikan sebagai “Islam moderat” pun—selama mereka masih menolak penjajah Israel, menjadikan syariah Islam sebagai dasar hukum, menghendaki persatuan Islam dan enggan mengadopsi nilai-nilai liberal Barat—seharusnya tidak boleh merasa aman dari target “perang melawan terorisme” yang dilancarkan AS dan sekutunya. Sebab, saat ini pun sesungguhnya perang tersebut telah menyasar ke kalangan “Islam moderat”, bahkan sejak beberapa tahun lalu.

Kita masih ingat, tahun 2005 lalu muncul wacana untuk melakukan sidik jari para santri di pesantren-pesantren. Tentu saja, pemilik pesantren yang paling besar di Tanah Air adalah NU. Belakangan, pesantren Muhammadiyah pun kena sasaran; diobok-obok oleh aparat; seperti yang menimpa salah satu pesantren Muhammadiyah di Blitar. Padahal selama ini baik NU maupun Muhammadiyah diposisikan sebagai “moderat”.

Umat Harus Bersatu

Karena itu, seluruh komponen umat Islam—tanpa harus dikotak-kotakkan oleh istilah “moderat” atau “radikal” buatan kafir penjajah—sejatinya harus bersatu dalam menghadapi isu terorisme ini. Umat harus memiliki satu pandangan bahwa: Pertama, Islam bukanlah agama teror; terorisme tidak ada kaitannya dengan Islam, karena terbukti telah banyak menimbulkan korban, termasuk di pihak kaum Muslim. Allah SWT berfirman:

وَلاَ تَقْتُلُواْ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللّهُ إِلاَّ بِالحَقِّ ... ﴿٣٣﴾

"Janganlah kalian membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar "(QS al-Isra' [17]: 33). Allah SWT juga berfirman:

وَمَن يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُّتَعَمِّدًا فَجَزَآؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَابًا عَظِيمًا ﴿٩٣﴾

"Siapa saja yang membunuh seorang Mukmin dengan sengaja, balasannya ialah Jahannam; ia kekal di dalamnya; Allah murka kepadanya, mengutukinya dan menyediakan azab yang besar baginya" (QS an-Nisa’ [4]: 93).

Kedua, perang melawan terorisme yang dilancarkan Barat (AS) sejak awal tidak murni ditujukan untuk menumpas terorisme sampai ke akar-akarnya, tetapi untuk memerangi Islam. Buktinya, sejumlah pejabat/mantan pejabat Barat, seperti Tony Blair di atas, nyata-nya mengindentikkan Islam dengan terorisme. Bukti lainnya, atas nama perang melawan terorisme pula, hingga detik ini AS dan sekutunya terus menumpahkan darah kaum Muslim seperti di Afganistan, Irak, Pakistan dll. Allah SWT berfirman:

وَلاَ يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّىَ يَرُدُّوكُمْ عَن دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُواْ ﴿٢١٧﴾

"Orang-orang kafir tidak henti-hentinya memerangi kalian sampai mereka dapat mengembalikan kalian dari agama kalian—seandainya saja mereka sanggup" (QS al-Baqarah [2]: 217).

Ketiga, umat Islam seluruhnya harus mulai menyadari bahwa untuk membebaskan diri dari semua fitnah yang diakibatkan oleh isu terorisme yang dilancarkan Barat dan AS ini memang diperlukan sebuah institusi negara yang kuat dan bersifat global. Itulah negara Khilafah. Khilafah inilah yang bisa menyatukan seluruh potensi kaum Muslim di seluruh dunia. Hal ini diperlukan untuk menghentikan langkah negara-negara Barat penjajah pimpinan AS yang tidak akan pernah berhenti menzalimi umat Islam, hingga mereka berhasil ditundukkan. Wallâhu a’lam bi ash-shawâb.

http://www.eramuslim.com/suara-kita/pemuda-mahasiswa/arief-b-iskandar-penulis-dan-editor-buku-buku-islam-di-balik-isu-terorisme-islam-dijadikan-sasaran.htm

Arief B. Iskandar, Sarjana (S-1) Jurusan Bahasa dan Sastra Arab Fak. Sastra UNPAD Bandung, Redaktur Pelaksana Media Politik dan Dakwah AL-WA‘IE (2000-2009).

Sabtu, 13 September 2008

Do'a Dalam Wudhu

Ya Allah!, sepertihalnya air ini membersihkan tangan saya dari berbagai kotoran maka, dengan Al Qur'an menurut Sunnah Rasul, bikinlah agar kedua tangan sayaini tidak menyentuh yang ANDA larang.

Ya Allah!, sepertihalnya air ini membersihkan mulut dan hidung saya maka, dengan Al Qur'an menurut Sunnah Rasul, bikinlah agar mulut saya ini tidak mencicipi yang ANDA larang.

Ya Allah!, sepertihalnya air ini membersihkan muka saya dari berbagai kotoran maka, dengan Al Qur'an menurut Sunnah Rasul, bikinlah agar kedua lengan saya ini tidak lagi mengayun dan menyentuh yang ANDA larang.

Ya Allah!, sepertihalnya air ini membersihkan kepala dan kuduk saya maka, dengan Al Qur'an menurut Sunnah Rasul, bikinlah agar kepala dan kuduk saya tidak lagi bersedia menanggung/ berfikir dengan yang ANDA larang.

Ya Allah!, sepertihalnya air ini membersihkan kedua telinga saya maka, dengan Al Qur'an menurut Sunnah Rasul, bikinlah agar kedua telinga saya tidak lagi mendengar/menanggapi yang ANDA larang.

Ya Allah!, sepertihalnya air ini membersihkan kedua kaki saya maka, dengan Al Qur'an menurut Sunnah Rasul, bikinlah agar kedua kaki kaki tidak lagi bersedia melangkah/menjalankan yang ANDA larang.

Senin, 14 Juli 2008

Apa Itu Islam?

“…….hadapkanlah wajahmu kepada agama yang lurus (Islam) sebelum datang dari Allah suatu hari yang tidak dapat ditolak (kedatangannya): pada hari itu mereka terpisah-pisah” (Ar Rum ; 43).
Apa itu Islam?
Jika ada pertanyaan demikian apa kita akan menjawab demikian : “Islam merupakan singkatan Isya, Subuh, Lohor, Ashar, Maghrib!!” apabila kita menjawab demikian, ini adalah salah besar. Kenapa? Karena “Islam” bukan merupakan singkatan. Bukan seperti SMP! Apa itu SMP? “Sudah makan, Pulang!!”.
Menurut bahasa aslinya, Islam itu berarti : Tunduk patuh, berserah diri, suci bersih, selamat dan sejahtera, dan bisa juga berarti perdamaian.
Jika ada yang bertanya apa itu Islam, maka jawablah dengan mantap bahwa Islam adalah ketundukkan kepada :
Wahyu Illahi,
Yang diturunkan kepada nabi dan rasul-Nya, khususnya Muhammad saw.,
Sebagai aturan atau pedoman hidup,
Membimbing manusia kepada jalan yang lurus,
Menuju pada kebahagiaan dunia dan akhrat.
Itulah Islam yang dibawa oleh nabi kita Muhammad saw. dan beliau adalah hamba Allah yang mulia karena merupakan teladan bagi kita dalam melaksanakan aturan Allah di kehidupan.
“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (ummat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu…..” (Q.S. Al Baqarah 143).
Islam merupakan bukti nyata penataan hidup yang maha hebat dimana para sahabat adalah bukti nyata manusia – manusia mulia di sisi Allah dan di hadapan makhluk- makhluk ciptaan-Nya, termasuk manusia, karena telah membuktikkan keimanan mereka dengan taat kepada aturan Allah dan taat kepada rasul Allah. Mereka semua telah menjadi manusia pilihan dikarenakan keimanan mereka. Mereka telah tercatat di dalam sejarah hidup manusia. Mereka telah menjadi pembela agama Allah yaitu agama Islam.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa muslim adalah seorang yang tunduk patuh dan berserah diri kepada Allah. Seorang muslim jika ingin membuktikan keislamannya harus taat dan patuh melaksanakan aturan – aturan Allah.
Seorang muslim menjadikan Islam sebagai pedoman hidup. Setiap langkah dan perbuatan dalam hidupnya mengikuti aturan – aturan Allah.
“Sesungguhnya yang sebenar-benar orang mukmin ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya….” (An Nur ; 62)
Dan mereka orang-orang yang benar menyatakan dirinya seorang muslim akan mencontoh Rasulullah saw. Sebagai tauladan hidup dalam melaksanakan Islam. “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat…..” (Al Baqarah : 256). Dalam memeluk Islam seperti dalam surat tersebut, bahwa dalam memeluk Islam itu tidak ada paksaan sedikitpun. Melainkan dari kesadaran dan dari hati mereka masing-masing. Jika, kita melihat suatu penataan hidup yang baik itu Islam begitu juga dengan para pendahulu kita. Karena semua ini dilakukannya karena ia tahu bahwa Islam adalah jalan yang lurus. Jalan yang lurus akan membawanya kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.
Islam adalah agama yang istimewa karena :
Islam adalah agama bagi semua ummat manusia.
Islam adalah agama bagi semua zaman/waktu
Islam tetap berlaku bagi orang zaman dahulu hingga abad modern sekarang. Seperti dari zamannya orang menggunakan unta sebagai alat transformasi sampai dengan mobil. Islam ini merupakan rahmatan lil’alamin yaitu rahmat bagi alam semesta. Bagi makhluk hidup dan juga alam sekitarnya, yaitu seluruh alam semesta. Rasulullah diutus kepada semua ummat manusia; kepada ummatnya hingga akhir zaman, baik yang pernah bertemu dengan beliau maupun yang belum pernah sama sekali. Sehingga, di hari kiamat nanti, ummat yang bersama Nabi Muhammad jumlahnya paling besar dibandingkan umat nabi sebelum Muhammad.
Namun ternyata dengan keislaman kita sekarang, masih dapat melihat bahwa masih banyak orang yang tidak merasakan nikmatnya keislaman mereka. Semoga kita bukan salah satu di antara mereka yagn tidak merasakan karunia Iman dan Islam. Insya Allah, kita semua yang membaca Blog ini merupakan muslim sejati yang bangga dengan ke Islamannya dan bukan penghias nama di KTP saja.

Dikutip dari [panduan Keislaman untuk Remaja, Super Mentoring Junior untuk tingkat SMP] farid Muliana dan TIM ILNA YOSEN, Bandung 2007
Al Qur’an